Nahdlatul Ulama, Ruh Kemerdekaan Indonesia
Puisi oleh Gus Ahad,
Ketika fajar kemerdekaan RI masih belum tampakkan tanda-tandanya
Di tengah kegelapan penjajahan yang menyelimuti Nusantara
Ulama di berbagai pelosok sudah terjaga
Terus abdikan diri sebagai pewaris para Nabi nan mulia
Di 1871, lahirlah sang ulama mulia
Muhammad Hasyim bin Asy’ari namanya
Tercatat sebagai generasi keturunan Nabi Muhammad ke-35
Yang kelak bergelar Hadratusy Syaikh, Maha Guru para Ulama
Hafal Al Qur’an di usia sangat belia
Khidmatkan diri belajar di pesantren di berbagai penjuru Jawa dan Madura
Jalani ibadah haji di semenanjung Arabia
Bertahun mukim di Makkah, pusat keilmuan Islam dunia
Pulang ke Nusantara membawa pencerahan bagi para ulama
Dirikan Pesantren Tebuireng, candradimuka santri Nusantara
Terus bekerja keras dengan etos tangan di atas lebih utama
Hadratusy Syaikh jadi panutan para ulama
Masa 1926, musyawarah para ulama Nusantara
Dengan istikharah, lahirlah Nahdhatul Ulama
Berlambang sembilan bintang Walisongo mengapit bola dunia
Hadratusy Syaikh dipilih sebagai Rais Pertama
Tak terhitung tekanan penguasa Hindia Belanda
Diplomasi, teror, ancaman, bahkan serangan bersenjata
NU tetap jadi benteng ulama dan santri seluruh Nusantara
Bahu membahu raih kemerdekaan RI milik semua
Masa 1945, Sekutu ingin kuasai Surabaya
Kerahkan armada pasukan digdaya, di laut dan udara
Hadratusy Syaikh serukan Resolusi Jihad 22 Oktober 1945
Yang jadi pengantar perang semesta 10 November di Surabaya
Nahdlatul Ulama besar bukan karena dilindungi penguasa.
Nahdlatul Ulama besar karena komandoi gerakan jiwa anak bangsa.
Menginspirasi lautan pembelaan untuk Indonesia merdeka, dan kukuh bela Negara Kesatuan Republik Indonesia.
#banggajadianakNU
#HarlahNU
Penulis puisi adalah Anggota DPRD Jawa Barat dari Dapil Kabupaten Karawang dan Purwakarta, ia juga cicit dari pendiri Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Asy’ari.